Kisah Valentino Rossi
Kota bersejarah Tavuilla di Italia dikenal sangat indah. Letak Tavuilla berada di sebelah barat laut Ancona sekitar 70 km jauhnya, atau jika ditempuh dari arah Pesaro yang berada di sisi barat laut, hanya berkisar 15 km.
Kota Tavuilla kini identik dengan sosok pembalap kelas dunia. Nama Valentino Rossi sangat lekat dengan Tavuilla. Masa kecil Rossi dihabiskan di kota tua Tavuilla, sejak kelahirannya 34 tahun silam, 16 Februari 1979.
Para tetangga dan teman-teman kecil sepermainan Rossi tahu benar, bocah berambut jagung bermata biru ini sangat gemar main motor. Barangkali, mereka semua memakluminya karena ayah Rossi dikenal sebagai pembalap di era 1970-an. Masyarakat Tavuilla tahu persis, siapa Graziano Rossi.
Valentino Rossi Lahir untuk Jadi Pembalap
Mainan si Rossi kecil tak jauh-jauh dari urusan motor. Bahkan mungkin bisa disebut, masa kecil Rossi junior ini 'habis' dengan urusan motor. Darah pembalap sang ayah mengalir sangat deras pada diri Rossi.
Rupanya, benar apa yang dikatakan pepatah lama: Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitu jualah Rossi. Seluruh raihan berbagai kejuaraan dicapainya melalui proses hidup yang panjang. Urat darah Rossi dialiri buliran darah pembalap yang berasal dari sang ayah. Maka menjadi wajar, ketika si bocah kelahiran Tavuilla ini menyabet prestasi 9 gelar juara dunia dari kelas 125 cc sampai dengan kelas MotoGP.
Ketika Rossi hadir, dunia tahu inilah calon pembalap kelas wahid. Rossi remaja pun mulai menjajagi level balap internasional. Tidak tanggung-tanggung, bocah remaja berusia 15 tahun yang masih terlihat culun ini bergabung dengan tim Scuderia AGV Aprilia. Rossi memulai kariernya di kelas 125 cc. Luar biasa, di musim pertamanya Rossi mampu merebut posisi ke-11 di papan klasemen. Prestasi yang menakjubkan untuk sebuah awalan.
Perkembangan Rossi terus meningkat. Di musim berikutnya, prestasi Rossi melejit. Ia sukses dan tampil sebagai juara untuk kali pertama. Masih bersama tim Aprilia, Rossi berada di puncak klasemen dengan raihan 321 poin.
Rossi 'Naik Kelas'
Sukses di kelas 125 cc, Rossi ingin mencoba 'naik kelas'. Di musim 1998, Rossi naik ke kelas 250 cc. Masih di Aprilia, anak pembalap ini hanya bisa merebut posisi kedua di awal musimnya. Namun prestasi gemilang kembali diukir setahun setelahnya. Pembalap yang memiliki rambut ikal ini meraih gelar juara di kelas 250cc.
Honda sebagai pabrikan motor terkemuka dunia melihat bakat gemilang sang pembalap. Rossi akhirnya direkrut pada tahun 2000. Di kelas 500 cc, Rossi kembali menorehkan tinta emas. Di awal kebersamaannya bersama Honda, pembalap yang sempat dijuluki Valentinikini hanya mampu merebut posisi kedua di klasemen akhir. Namun tahun 2001, ia lagi-lagi menyabet gelar juara dunia.
Ketika itu, Rossi menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan The Doctor. Julukan itu ia dapatkan karena konsep ilmuwan edan yang gemar melakukan serangkaian percobaan demi mengejar suatu ambisi, yakni menjadi yang terbaik di dunia.
”Di balapan kelas 500 cc kita tidak butuh superhero. Yang kita perlukan hanyalah bersikap tenang dan berpikir layaknya seperti seorang dokter,” ucapnya.
Setahun berikutnya, Rossi dipercaya menjadi pembalap di kelas MotoGP. Dengan kerja keras dan semangat tinggi, ia mampu bersaing dengan pembalap senior yang sudah banyak pengalaman seperti Max Biaggi, Alex Barros, dan Sete Gibernau.
Di kelas tertinggi balap motor tersebut, Rossi berhasil mengumpulkan tujuh trofi juara. Selain mencatatkan dirinya sebagai salah satu pembalap tersukses di kancah MotoGP, Rossi yang saat ini bergabung dengan tim Yamaha Factory Racing juga menyandang status sebagai orang yang bisa merebut podium sebanyak 23 kali berturut-turut (GP Portugal 2002 sampai GP Afrika Selatan 2004).
Bagaimana sepakterjang Valentino Rossi di berbagai ajang internasional selanjutnya? Bagaimana pula kehidupan pribadi pembalap asal Tavuilla ini? Ikuti terus Kisah Valentino Rossi The Doctor. (Zerrofarasta)